Saturday 31 October 2015

Cara uji Nitrat dalam air

27 comments


PRINSIP

Sampel dilewatkan ke dalam kolom yang mengandung Cd-Cu granular untuk mereduksi nitrat menjadi nitrit. Nitrit (yang telah ada dalam sampel awal dan nitrat yang tereduksi) ditetapkan dengan diazotisasi dengan sulfanilamide dan bereaksi kopling dengan N-(1-naphthyl-ethylenediamine dihydrochlorida untuk membentuk senyawa azo berwarna yang dapat diukur secara kolorimetri. Secara terpisah, kadar nitrit dan kadar nitrat dapat diperoleh dengan mudah dengan cara melakukan prosedur pertama dengan reduksi Cu-Cd dan kemudian dilanjutkan dengan prosedur tanpa reduksi Cu-Cd.

INTERFERENSI

1. Terbentuknya bahan-bahan tersuspensi dalam kolom reduksi bisa menghambat aliran sampel. Karena nitrat-nitrit berada dalam keadaan terlarut, sample bisa disaring terlebih dulu melalui membran filter 0.45 um. Untuk sample yang terlalu keruh dapat ditambahkan zinc sulfat sebelum dilakukan penyaringan untuk menghilangkan partikel-partikel yang terdapat dalam sampel.

2. Hasil-hasil pengukuran yang lebih rendah dari nilai sebenarnya mungkin terjadi pada sampel-sampel yang mengandung besi, tembaga dan logam lainnya dalam kadar yang tinggi. EDTA ditambahkan pada sample-sample seperti itu untuk mengurangi gangguan tersebut.

3. Sample-sample yang mengandung minyak dan lemak dengan kadar yang tinggi akan melapisi permukaan kolom. Gangguan ini dapat dikurangi dengan cara mengekstraksi sampel terlebih dulu dengan menggunakan pelarut organik.

PERALATAN

1. Spektrofotometer

Cd-Cu Column reduction2. Kolom Reduksi dan Spektrofotometer untuk digunakan pada 540 nm, yang bisa melewatkan cahaya sepanjang of 1 cm atau lebih. Untuk lebih jelasnya, Lihat buku petunjuk penggunaan Spektrofotometer.

3. Copperized granulated cadmium: 40 - 60 mesh (MCB Reagents)

4. Copper-Cadmium: Butiran Kadmium (baru atau yang sudah dipakai) dibersihkan dengan HCL encer dan ditambah dengan larutan copper sulfat 2% (lihat butir 6.9) dengan cara seperti berikut:

(a) Cuci Kadmium dengan HCl encer , (lihat butir 6.8), lalu bilas dengan air Mili-Q. Warna Kadmium harus seperti perak.

(b) Aduk 25 gram kadmium dalam 25 mL larutan tembaga sulfat 2% (lihat butir 6.9) selama lima menit sampai warna biru sebagian hilang. Tuangkan dan ulangi dengan mengunakan tembaga sulfat yang baru sampai terbentuk endapan koloid berwarna coklat. Dilakukan empat kali secara berulang.

(c) Cuci tembaga-kadmium tersebut dengan air Mili-Q (paling sedikit 10 kali) untuk menghilangkan seluruh endapan tembaga. Warna dari Kadmium tersebut harus hitam.

(d) Butiran-butiran Kadmium tersebut harus dicuci kapanpun jika warna kolom mulai kelihatan seperti perak.

BAHAN

1. Air Milli-Q

2. Larutan Ammonium Chloride - EDTA :
Larutkan 26 gram Ammonium Chloride dan 3,4 gram di-Sodium Ethylenediamine Tetracetate dalam 900 mL air Milli-Q. Atur pH sampai 8.5 dengan menambahkan Ammonium Hidroksida pekat (6.8) kemudian encerkan menjadi 2 liter. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 3 bulan.

3. Larutan ammonium chloride-EDTA encer:
Encerkan 300 mL Larutan Ammonium Klorida-EDTA (6.3) menjadi 500 mL dengan air Milli-Q. Siapkan larutan baru setiap akan digunakan. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 3 bulan

4. Pereaksi Warna:
Larutkan 10 gram Sulfanilamida dan 1 gram N-(1-naftil)-etilen-diamin diklorida dalam campuran 100 mL Asam Fosfat pekat dengan 800 mL air Milli-Q kemudian encerkan menjadi 1 liter dengan air Milli-Q. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 3 bulan.

5. Larutan natrium Hidroksida 6 N :
Larutkan 240 gram NaOH dalam 500 mL air Milli-Q. Dinginkan dan encerkan menjadi 1 liter dengan air Milli-Q. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 6 bulan.

6. Ammonium Hydroxide pekat.
Larutan ini ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 6 bulan.

7. Larutan Asam Klorida 6N:
Encerkan 50 mL. HCl pekat menjadi 100 mL dengan air Milli-Q. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 6 bulan.

8. Larutan Tembaga-sulphate 2%:
Larutkan 20 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL air Milli-Q dan encerkan menjadi 1 liter.larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 6 bulan.

9. Larutan stok standar nitrate :
Larutkan 7,218 gram KNO3 dalam air Milli-Q dan encerkan menjadi 1000 mL. Awetkan dengan 2 mL kloroform. 1,0 mL = 1.00 mg NO3-N. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setalah 3 bulan.

10. Larutan Standar nitrate :
Encerkan 10,0 mL Larutan Stok standar nitrate ke dalam 1000 mL air Milli-Q. 1,0 mL = 0,01 mg NO3-N. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan harus dibuat baru setiap akan digunakan.

11. Larutan Stok standar Nitrit :
Larutkan 6,072 gram KNO2 ke dalam 500 mL air Milli-Q lalu diencerkan menjadi 1 liter dengan air Milli-Q. Awetkan larutan tersebut dengan penambahan 2 mL kloroform. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 3 bulan.

12. Larutan Standar Nitrit :
Encerkan 10.0 mL larutan stok standar nitrit (larutan no. 3 di atas) ke dalam 1000 mL air Milli-Q. Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang dan harus dibuat baru setiap akan melakukan analisa.

13. Tabel Pemakaian larutan standar nitrat untuk membuat deret standar berikut di bawah ini dalam labu ukur 50 mL:

Concentration (N-NO3) mg/L mL of Standard solution
0.010 0.05
0.025 0.125
0.050 0.250
0.100 0.50
0.200 1.0
0.500 2.5

PROSEDUR ANALISIS

A. Kalibrasi

Kalibrasi alat sesuai petunjuk pembuat alat.

B. Cara Kerja

1. Pembuatan kolom reaksi: masukan glass wool ke dasar kolom reduksi dan kemudian isi dengan air Milli-Q sedemikian rupa, sampai tidak ada gelembung udara. Tambahkan butiran tembaga-kadmium secukupnya untuk membuat kolom sepanjang 18,5 cm. Pertahankan level air Milli-Q di atas butiran tembaga-kadmium untuk menghilangkan gelembung udara. Cuci kolom tersebut dengan 100 mL larutan ammonium klorida(6.4). Kolom kemudian diaktifasi dengan melewatkan 100 mL larutan yang terdiri atas 25 mL larutan standar 1,0 mg/L NO3-N dan 75 mL larutan ammonium klorida (6.3) ke dalam kolom tersebut. Terakhir dicuci dengan 100 mL NH4Cl-EDTA (6.3). Gunakan kecepatan aliran antara 7 - 10 mL per menit.

2. Gunakan kertas pH untuk mengecek pH sampel.

3. Untuk menghilangkan turbiditas, sampel harus disaring dengan menggunakan saringan membran 0,45 µm.

4. Jika pH sampel di bawah 5 atau di atas 9, atur pH sehingga menjadi di antara 5 dan 9 dengan menggunakan HCl pekat atau NH4OH pekat..

5. Tambahkan 75 mL larutan ammonium klorida-EDTA (6.4) pada 25 mL sampel atau 25 mL sampel yang diencerkan , lalu aduk.

6. Tuangkan sampel ke dalam kolom yang telah disiapkan dan tampung sampel tersebut pada kecepatan alir 7-10 mL per menit.

7. Buang 25 mL hasil tampungan yang pertama. Kumpulkan sisanya(kira-kira 70 mL) dalam tabung sampel sebelumnya. Sampel yang telah direduksi tidak boleh dibiarkan lebih dari 15 menit sebelum penambahan pereaksi warna.

8. Tambahkan 1,0 mL pereaksi warna (6.5) ke dalam 25 mL sampel. Biarkan selama 10 menit. Dalam dalam kurun waktu maksimum 2 jam, ukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm dengan blank (reagent blank).

9. Catatan: Jika konsentrasi sampel melebihi 0.500 mg/L NO3/NO2-N. Sisa sampel yang telah direduksi dapat dipergunakan untuk diencerkan sebelum berlanjut ke langkah berikutnya.

10. Deret Standar : Lakukan reduksi deret standar persis seperti dijelaskan untuk reduksi sampel. Paling sedikit satu standar nitrit harus dibandingkan dengan standar nitrat yang telah direduksi pada konsentrasi yang sama untuk menguji effisiensi dari kolom reduksi.

PERHITUNGAN

Buat kurva standar dengan memplot absorbansi standar terhadap konsentrasi. Catat Nilai NO3/NO2 sesuai yang diperoleh pada insrument dikalikan dengan faktor pengenceran (jika ada). Jika nilai NO3 diperlukan analisa nitrat harus dilakukan secara terpisah dan nilai nitrat diperoleh dengan cara seperti ini:

N-NO3 (mg/L) = T – NO2

Dimana :

T = konsentrasi total NO3/NO2 (mg/L)
= mg/L hasil pembacaan x faktor pengenceran

NO2 = konsentrasi NO2 (mg/L)

Cara Uji Nitrit dalam Air

1 comments


Prinsip

Konsentrasi nitrit dalam sampel ditetapkan berdasarkan pembentukan senyawa berwarna ungu-kemerahan pada suasana asam, yang terjadi karena reaksi antara asam sulfanilamida yang terazotasi dengan N-(-1-napthyl)-etilendiamin. Warna yang dihasilkan kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.

Interferensi

Adanya oksidator atau reduktor kuat dalam sampel akan mempengaruhi konsentrasi nitrit. Alkalinitas yang tinggi ( lebih dari 600 mg/L) akan memberikan hasil yang rendah karena pH berubah. Adanya padatan tersuspensi memberikan pengaruh pada konsentrasi nitrit.

Peralatan

1. Spektrofotometer dengan ukuran cell 5 cm atau lebih dengan panjang gelombang 540 nm.
    Untuk lebih jelasnya, Lihat buku petunjuk penggunaan Spektrofotometer.
2. Labu Ukur 25 mL, 50 mL
3. Labu ukur 500 mL
4. Labu ukur 1 L
5. Erlenmeyer 50 mL
6. Gelas Ukur 50 mL
7. Gelas piala 100 mL

Bahan

1. Air Milli-Q

2. Pereaksi Warna Buffer
    Larutkan 2,5 gram sulfanilamida dan 0,25 gram N-(1-napthyl)-etilendiamin dihidroklorida,
    25 mL asam ortofosfat pekat ke dalam labu ukur 250 mL, tera dengan air Milli-Q, aduk hingga
    larut. Larutan ini harus disimpan dalam botol berwarna gelap pada suhu ruang dan hanya
    stabil untuk tiga minggu.

3. Larutan induk standar nitrit 250 ppm.
    Larutkan 1,232 gram Natrium nitrit (yang telah disimpan dalam desikator selama 24 jam)
    ke dalam 1 Liter air Milli-Q lalu tambahkan 2 mL kloroform sebagai pengawet. Larutan ini
    harus disimpan pada suhu ruang dan kadaluarsa setelah 6 bulan.

4. Larutan standar nitrit 1 ppm
    Encerkan 0,2 mL larutan-1 (larutan induk nitrit 250 ppm) menjadi 50 mL dengan air Milli-Q.
    Larutan ini harus disimpan pada suhu ruang, dan harus dibuat baru setiap akan melakukan
    analisa.

Prosedur Analisis

A. Kurva Kalibrasi

1. Buatlah Deret Standar dengan volume 50 mL sesuai tabel berikut;

Volume larutan std NaNo2 1 ppm yang dipipet (mL)) Konsentrasi (mg/L) larutan std yang dihasilkan (dalam 25 mL)
0.0 0.0 (blank)
0.125 0.005
0.250 0.01
0.500 0.02
1.00 0.04
2.00 0.08
2.50 0.10


2. Tambahkan 1 mL larutan pereaksi warna buffer ke dalam masing-masing larutan deret standar
    tersebut lalu dikocok sebentar, diamkan paling sedikit 10 menit, lalu ukur absorbansinya
    pada panjang gelombang 540 nm.

B. Langkah Kerja

1. Bersihkan Sampel Cell Compartment pada Spectrophotometer, sebagai pemeliharaan alat
    harian/pemeliharaan alat pada saat akan dipergunakan, sebelum melakukan analisa.

2. Jika pH sampel lebih dari 10 atau lebih kecil dari 5 atau total alkalinya 600 mg/L, atur pH-nya
    dengan penambahan HCl 1:3 atau penambahan NH4OH pekat sampai pH-nya mencapai 6. Jika
    perlu sampel disaring dengan kertas saring 0,45 um

3. Tuangkan 25 mL sampel ke dalam labu ukur 25 mL, dan tambahkan 1 mL larutan
    pereaksi warna buffer, diamkan paling sedikit 10 menit, kemudian ukur absorbansinya pada
    panjang gelombang 540 nm.

Perhitungan

Buat kurva standar dengan memplot absorbansi standar terhadap konsentrasi. Catat konsentrasi NO2 sesuai yang diperoleh pada insrument dikalikan dengan faktor pengenceran (jika ada). Jika nilai sampel yang diambil kurang dari 50 mL, maka perhitungannya seperti berikut ini:

NO2-N (mg/l) = (mg/L dari kurva x faktor pengenceran / mL contoh)

Reaksi

Nitrite Reaction


Cara Uji Amonia dalam Air dengan ISE Meter

0 comments


Prinsip Analisis

Elektroda selektif ion menggunakan membran gas permeabel yang hidrofobik untuk memisahkan larutan sampel dari larutan internal elektroda. Amonia terlarut (NH3(aq) dan NH4+) diubah menjadi NH3(aq) dengan penambahan NaOH yang menaikkan pH lebih dari 11. NH3(aq) kemudian terdifusi melalui membran elektroda dan mengubah pH larutan internal. Perubahan pH ini akan sebanding dengan konsentrasi amonia.

ISE Meter - Amonia
Interferensi

Senyawa amina yang volatil akan menjadi pengganggu positif. Merkuri dan perak akan mengganggu karena akan mengkompleks dengan amonia, kecuali digunakan larutan NaOH/EDTA. Keduanya merupakan pengganggu negatif. Surfaktan juga akan mengganggu dengan cara merusak permeabilitas membran. Warna dan kekeruhan tidak akan mengganggu.

Peralatan

1. Ion Selective Electrode (ISE) Meter
2. Elektroda selektif ion untuk amonia
3. Magnetik stirer dengan stir bar berlapis Teflon
4. Labu ukur 50,0 mL dan 100,0 mL
5. Micropipette 20-200 uL, 100-1000 uL, 1-5 mL
6. Piala gelas 100 mL
7. Pipet tetes disposable

Bahan

1. Air Milli-Q

2. Larutan NaOH 10 N
   Larutkan 40 gram NaOH dalam 80 mL air Milli-Q sambil didinginkan lalu encerkan hingga 100 mL

3. Larutan NaOH/EDTA
   Larutkan 40 gram NaOH dan 5,49 gram EDTA dalam 80 mL air Milli-Q sambil didinginkan lalu
   encerkan hingga 100 mL.

4. Larutan induk amonia 1000 mg N-NH3/L
   Larutkan 3,819 gram NH4Cl dalam air milli-Q, tambahkan 3 tetes H2SO4 sebagai pengawet
   kemudian encerkan hingga 1 L.

5. Larutan baku amonia 10 mg N-NH3/L
   Pipet 1,0 mL larutan induk amonia ke dalam labu 100 mL kemudian tambahkan air-milli-Q
   sampai tepat tanda tera.

6. Larutan standar kerja
Larutan std. N-NH3 (mg/l) Volume (mL) Volume Akhir laritan (mL) Konsentrasi (mg/L)
1000 1.0 100 10.0
1000 0.1 100 1.0
10 1.0 100 0.1


Prosedur Analisis

A. Kalibrasi

a) Siapkan alat ISE Meter dan elektroda amonia untuk kalibrasi (lihat manual alat untuk
   penjelasannya). Konsentrasi standar yang digunakan adalah 10, 1 dan 0,1 mg/L.

b) Tuangkan 50 mL standar 10,0 mg/L ke dalam piala gelas, masukkan stir bar dan letakkan
   di atas magnetik stirer.

c) Letakkan elektroda dalam larutan, pastikan jangan sampai ada gelembung udara
   terperangkap pada membran elektroda.

d) Tekan tombol Cal pada alat dan tunggu hingga pembacaan stabil.

e) Pastikan pembacaan otomatis diaktifkan dengan menekan tombol autoread, lalu tambahkan
   1 mL NaOH 10 N hingga pH >11, lalu tunggu hingga alat membaca konsentrasi secara otomatis
   (ditandai dengan bunyi bip pada alat).

f) Ulangi langkah di atas pada standar 1,0 mg/L dan 0.1 mg/L dengan mencatat slope
   masing-masing yang terbaca pada alat. Pastikan slope yang terbaca ada pada range –50 sampai
   –60 mV sebelum alat dapat digunakan untuk mengukur sampel.

g) Untuk mengukur sampel, ubah alat ke dalam mode pembacaan dengan menekan tombol
   Read.

B. Pengukuran Sampel Uji

Ambil 50 mL contoh ke dalam piala gelas, atau encerkan dahulu hingga kadar amonianya ada dalam rentang standar. Masukkan elektroda dan aduk dengan stirer. Tunggu hingga pembacaan di bawah limit deteksi, jika perlu tambahkan setetes H2SO4 1:1, lalu tambahkan 1 mL NaOH untuk menaikkan pH > 11 dan tunggu hingga pembacaan otomatis dilakukan oleh alat atau ketika dicapai nilai tertinggi.

Catatan:

* Pengadukan dengan stirer dilakukan secara perlahan untuk menghindari terperangkapnya
   gelembung udara pada permukaan membran.
* Selama pengukuran standar dan sampel, kecepatan pengadukan dan suhu diusahakan relatif
   sama.
* Elektroda hendaknya dibilas dengan air Milli-Q diantara masing-masing pengukuran.
* Kandungan amonia di bawah 1 mg/L memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai kestabilan
   pembacaan.

Perhitungan

NH3-N (mg/L) = mg/L hasil pembacaan x faktor pengenceran (jika ada)

Thursday 29 October 2015

Control Chart

0 comments


Dalam ISO/IEC 17025 - Klausul 5.9.1 dinyatakan "Laboratorium harus mempunyai prosedur pengendalian mutu untuk memantau keabsahan pengujian dan kalibrasi yang dilakukan. Data yang dihasilkan harus direkam sedemikian rupa sehingga kecenderungan dapat dideteksi dan, bila dimungkinkan, teknik statistik harus diterapkan pada pengkajian hasil. Pemantauan tersebut harus direncanakan dan dikaji serta mencakup, tapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut;
(a) keteraturan penggunaan bahan acuan bersertifikat dan/atau pengendalian mutu internal menggunakan bahan acuan sekunder ...

Terdapat 2 teknik yang biasa digunakan, yaitu;
1. Shewhart Chart
2. CuSum (Cumulative Summation)

Pada prakteknya teknik Shewhart Chart sering kali digunakan dikarenakan sangant mudah untuk diinterpretasikan hasilnya.

Penggunaan Shewhart Chart

a) Biasa digunakan batasan 2 SD dan 3 SD, berdasarkan 11-30 replikat.
b) Tindakan perbaikan dilakukan apabila melewati batasan 3 SD
c) Batas peringatan berkisar 2 SD - 3 SD

Interpretasi Shewhart Chart

Kumpulan data hasil pengujian pada periode waktu tertentu dinyatakan memenuhi batas keberterimaan yang telah ditetapkan bila kumpulan data tersebut berada pada batas tindakan dalam bagan kendali dan tidak menunjukkan adanya kecenderungan (trend) khusus. Ketika data hasil pengujian berada diatas atau di bawah batas tindakan maka hal ini berarti bahwa data tersebut diluar pengendalian statistika (Gambar 6.2a). Kecenderungan khusus merupakan suatu keadaan dimana terjadi kecenderungan menuju ketidaksesuaian dalam proses pengujian. Pola kecenderungan khusus yang dapat menyebabkan data hasil pengujian diluar pengendalian statistika, antara lain adalah sebagai berikut:
a) 3 dari 4 data hasil pengujian berturut-turut pada daerah tindakan atas atau daerah tindakan bawah - Gambar 6.2b;
b) 4 dari 5 data hasil pengujian berturut-turut pada daerah peringatan atas atau daerah peringatan bawah - Gambar 6.2c;
c) 8 berturut-turut data hasil pengujian diatas atau dibawah rerata (garis pusat) – Gambar 6.2d;
d) 8 berturut-turut data hasil pengujian diatas dan dibawah rerata namun berada pada daerah tindakan – Gambar 6.2e;
e) 6 data hasil pengujian berturut-turut turun atau naik – Gambar 6.2f;
f) 14 data hasil pengujian berturut-turut turun-naik atau naik-turun – Gambar 6.2g;
g) 15 data hasil pengujian berada pada batas informasi atas dan batas informasi bawah – Gambar 6.2h

Referensi:
*) Anwar Hadi, 2009, Pedoman Pengendalian Mutu Internal Pengujian Parameter Kualitas Lingkungan

Wednesday 28 October 2015

Rotary Evaporator

0 comments



Rotary evaporator

The rotary evaporator is a piece of equipment that is designed to allow you to distill a liquid under conditions of reduced pressure. Since the pressure within the system is reduced, it means that the liquid can be distilled at a lower temperature than it would at atmospheric pressure.

This is a very safe and fast method of distilling flammable solvents like dichloromethane. Dichloromethane normally boils at 40 deg C at atmospheric pressure.

Round bottom flask
The sample to be “rotovapped” is added into the round bottom (RB) flask. The sample RB flask should never be more than half-full with liquid when it is attached to the rotary evaporator. The sample RB flask is connected to the trap and is secured using a circular clip. The clip has two sides. It is always oriented with the smaller circle on top.

Open positionThe stopcock that is fitted at the top of the condenser needs to be in the closed position. To close, turn the stopcock such that it is crosswise (90 degrees) to the air inlet. Turn on the water aspirator to evacuate the system.

Ensure that the condenser has cold water running through the glass coil.

cold water circulating

When the vapour enters the distillation tube inside the condenser, it will be in a cooled environment for the vapour to condense and drip into the large round collection flask to which it is attached.



dripping condense solvent


There is a splash trap at the end of the distillation tube to prevent unwanted sample from splashing up into the condenser

To speed up the rate of evaporation, the liquid sample can be warmed with hot water. Lower the flask by sliding the “Push” knob below the water bath. The temperature can be set using the dial on the side of the water bath.

RB flask immerse in hot water


To ensure even heating of the sample RB flask, turn the rotary dial to spin the sample RB flask that is immersed in the hot water bath.

Rotavap
Observe the condensation of vapour near the condenser. As the solvent condenses, you will see dripping of the condensed vapour collecting in the collection flask. Once the dripping stops, wait another minute and stop the rotary evaporator.

To remove the sample RB flask, disassemble by reversing the steps. Raise the sample RB flask from the hot water bath. Turn the rotary dial to stop the sample RB flask from spinning. Turn the stopcock that is fitted at the top of the condenser so that it is in-line with the air inlet. This will let air back into the system, and you should hear the sound of air rushing into the system. Turn off the water to the aspirator and the condenser. Remove the clip that is used to secure the sample RB flask. Gently give the neck of the sample RB flask a twist and remove the flask from the rotary evaporator.

Steps in operating the rotary evaporator

1. Turn power switch on. Turn water bath on. Adjust water bath to desired temperature.

2. Turn on water to condenser (slow to moderate flow).

3. Turn on aspirator full counterclockwise.

4. Attach the splash trap to the vapour tube and secure with clip.

5. Attach the sample RB flask to the splash trap and secure with clip.

6. Adjust rotational speed of the flask.

7. Turn the air inlet valve to the closed position to obtain a vacuum.

8. Slide the "Push" knob down to unlock the lift mechanism to lower the sample RB flask into the bath.

9. Watch for the dripping of the condensed solvent into the collection flask at the condenser. After the dripping stops, wait another minute to ensure that the evaporation has finished.

10. To disassemble, slide the "Push" knob to raise the flask.

11. Turn the rotational speed knob to the off position.

12. Turn the air inlet valve to the open position to re-establish atmospheric pressure.

13. Remove the clip and the sample RB flask.

14. Remove the clip and the splash trap.

15. Turn off aspirator, water to the condenser, water bath and the power switch.

Techniques on Weighing

0 comments



Analytical balanceThere are many different types of balances or scales available to measure the mass of a sample. The selection of the balance depends on the mass of the object or sample and the precision needed for the measurement. A top-loading balance is used to determine the approximate mass of the sample needed. In this course, we will be mostly using electronic analytical balances (Figure 1). These balances are easy to operate and are capable of measuring to 0.0001 g. Models of these balances vary in the labs. Consult your instructor and operating manual specific to the model of the balance.

There are two methods of weighing:

1. Weighing by difference – This is a technique which is used when it is important to know the precise amount of the sample that has been transferred
to a reaction mixture.

2. Weighing by taring – This technique is used when the mass of the empty container is not important. The empty container is ‘zeroed’ or tared on the
balance.

These two methods will be described in detail below.

The Balance Room

Balances are sensitive to drafts, changes in temperature, or the vibrations caused by moving people. The balances are stored in a separate room to minimize these variables and are placed on concrete tables.

Balances are very expensive and are sensitive to attack by corrosive chemicals. Do not take liquid into the balance room. When possible, chemicals should be added to the weighing container outside of the balance chamber. During the weighing process, the weighing container should be placed on a clean surface, such as a kimwipe, so that the bottom of the container does not pick up any dust. It is important that you clean up all chemical spills. If in doubt consult your instructor.


Weigh boats (Figure 2) are disposable containers used for weighing. They are made of polypropylene plastic and are inexpensive. A used weigh boat should be discarded in the waste container. All chemicals and spatulas that are used should be returned to their proper places. Depending on the experiment, other types of weighing container could be a porcelain crucible, an aluminum plate or a small beaker
balance pan
The balance room must be kept tidy. Materials taken into the balance room include datasheets, pen and the sample to be weighed. Enter mass measurements directly on the datasheet with your pen. Before you leave your balance, make sure:

1. The balance and the area around it is clean. Spills inside the balance should be brushed off using the brush on top of the balance. Spills on the concrete table should be cleaned using Kimwipes.

2. Close all the doors of the balance.

3. Turn off the balance.

Weighing by difference

1. Pre-weigh an approximate quantity of the sample into a weigh boat using a toploading balance.

2. Record all the masses for each step directly on the datasheet in pen.

3. Turn on the balance by pressing on the control bar. After a few seconds, the display will read 0.0000.

4. Open the sliding glass door (on the side) and place the sample/weigh boat on the balance pan. Close the sliding glass door and wait until the reading is stable. Record the value.

5. Transfer the sample into a beaker.

6. Weigh the emptied weigh boat on the analytical balance. Do not brush off any sample particles from the emptied weigh boat. Record the mass of the emptied weigh boat.

7. The difference between the two weighings is the mass of the sample transferred into the beaker.

Weighing by taring

1. Place a weigh boat on the balance pan. Close the doors and wait for the reading to stabilize. Press briefly on the control bar or the tare button and the display changes to 0.0000 g. The weight of the weighing boat is now tared.

2. Remove the weigh boat from the balance and set it on a piece of kimwipe. With a spatula, carefully add the sample to the weigh boat. Place the weigh boat back on the balance pan. Close the doors and wait for the reading to stabilize. Record the mass of the sample.

Tuesday 27 October 2015

Techniques on Gravity Filtration

0 comments


There are two general methods of filtration: gravity and vacuum. In gravity filtration, the filtrate passes through the filter medium under the force of gravity and the capillary action between the liquid and the funnel stem.

There are several varieties of filter paper. Good filtration depends on the retention of the filter paper and the speed of the filter paper. Usually, fast papers will retain coarse particles. Slow papers will retain fine particles. The optimum choice is a paper, which is as fast as possible, yet retains all visible particles, and thus giving a clear filtrate.

Low-ash or ashless quantitative-grade papers can be ignited without leaving an ash. The residue left by an 11-cm circle of a low-ash paper may be as low as 0.06 mg. An ashless-grade paper typically leaves 0.05 mg or less from an 11-cm circle. This small mass is considered negligible in most analytical procedures.

Decantation is a process used to separate the liquid from the mixture to be filtered. To decant a liquid from a solid, in one hand hold the beaker that has the mixture in it. Hold a glass-stirring rod in the other hand. Touch the lip of the beaker to the glass rod and pour the mixture to be filtered using the glass rod as a guide to pour slowly to ensure that the solid is not carried along. This also prevents the liquid from running back along the outside of the beaker.

Washing of the solid to remove soluble impurities follows the decantation of the supernatant liquid. Use a small amount of wash liquid and mix it thoroughly with the solid. Allow the solid to settle and decant the wash liquid through the filter. Repeat this procedure several times. Several washings with small volumes of liquid are more effective in removing soluble contaminants.

Transfer the washed solid in the filter funnel is the final step. The bulk of the solid is transferred to the funnel by a squirting a stream of wash liquid from a wash bottle. The last traces of the solid are removed from the walls of the beaker by scrubbing with a rubber policeman. Rinse the beaker and rubber policeman and transfer the rinse liquid to the funnel. Repeat this at least two times.

Step to prepare a gravity filtration

1. It is important to use the correct size filter paper. Properly sized filter paper should stop just below the rim of the glass funnel. As a guide, use filter paper whose diameter is about 1 cm less than twice the diameter of the funnel, for example a six-centimeter diameter funnel uses a filter paper of eleven-centimeter diameter. The filter paper should sit a few millimeters from the rim of the funnel (Figure 1).
Filter Paper


2. Fold the filter paper by referring to Figure 2.
Folding a filter paper


(a) Fold the filter paper in half.
(b) Fold the filter again to within about 10 deg of a 90 deg fold. The second fold is not exactly at a right angle. Tear off the corner of top fold.
(c) Open the filter paper so that the torn corner is on the outside of the cone. The tear enables the paper to stick better to the funnel.

3. Place the folded filter paper snugly into the funnel by moistening the filter paper with the solvent of the mixture to be filtered. This should ressemble Figure 2 (c).

4. Press the filter paper against the top wall of the funnel to form a seal. Support the funnel with a funnel rack.

gravity filtration apparatus5. Set up the gravity filtration apparatus as per Figure 3. Ensure that the funnel rack is positioned so that the funnel stem is inside the beaker. Position the beaker so that the funnel stem is touching the side of the beaker to avoid splashing.

6. Allow the mixture to settle and then decant the liquid from the solid. Wash the solid which remains in the beaker several times. Finally, transfer the washed solid to the funnel.

Techniques on Vacuum filtration

This type of filtration is used with water or high-boiling organic solvents and is much faster than gravity filtration. For the set-up (Figure 4), a filter flask must be clamped in position before attaching the rubber tubing, rubber stopper (adapter) and Büchner funnel (or crucible). This prevents the top-heavy apparatus from toppling over and spilling material. A medium- or slow-speed filter paper is used that is wetted with the solvent before the vacuum is applied with the water aspirator. Use a large beaker under the aspirator to minimize splashing. Check that there is a good seal between the apparatus when vacuum is applied before filtering the sample.


vacuum filtration

During the filtration, the mixture should be poured at a rate that the bottom of the funnel is covered with some solution. The collected crystals/precipitate can be washed with some chilled solvent. Do not discard the mother liquor (in the filter flask) as more compound can be recovered.

Caution: Running water can be sucked back into the filtration apparatus if the water pressure decreases. Be sure to break the vacuum by disconnecting the tubing at the aspirator before turning off the running water.


Sunday 25 October 2015

Cara Uji Total Suspended Particulate (TSP) dalam Udara Ambien dengan alat HVAS

0 comments


Prinsip

Udara dihisap melalui filter di dalam shelter dengan menggunakan pompa vakum laju alir tinggi sehingga partikel terkumpul di permukaan filter. Jumlah partikel yang terakumulasi dalam filter selama periode waktu tertentu dianalisa secara gravimetri. Laju alir di pantau saat periode pengujian. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa partikulat yang terkumpul per satuan volum contoh uji udara yang diambil sebagai µg/m3.

Techniques on Titration

0 comments


Titration is a method of analysis that allows you to determine the endpoint of a reaction. To perform a titration accurately, a precise quantity of the titrant needs to be dispensed into the reaction flask

ErlenmeyerIn a titration, the reaction flask is usually an Erlenmeyer flask. It is used because it is conical in shape. This shape makes it easy to swirl the flask without spilling. For example, in an acid-base reaction, you may choose to pipette the acid into the Erlenmeyer flask. The base is introduced to the acid with the use of a burette. The solution in the burette, in this case, the base, is known as the titrant. A colour indicator such as phenolphthalein is introduced into the Erlenmeyer flask to detect the endpoint of the reaction. In acidic solution, phenolphthalein is clear in colour. In basic solution, phenolphthalein turns pink. The endpoint of the reaction is reached when the solution turns pink and the pink colour does not disappear after 30 seconds.

Steps in performing a titration;
1. Follow the steps in Techniques on the Use of a Burette

2. Take an initial volume burette reading and enter it on the datasheet.

3. Follow the steps in Techniques on the Use of a Pipette  and pipette the acid into the Erlenmeyer flask (figure 2).


Pipette the acid into erlenmeyer

4. Set up the burette and Erlenmeyer flask such that the tip of the burette is inside the neck of the Erlenmeyer flask (figure 3). This ensures that all the base will be dispensed into the Erlenmeyer flask.

5. Add a few drops of colour indicator, such as phenolphthalein, to the acid solution.
erlenmeyerAt the start of the titration, the acid solution in the Erlenmeyer flask should be clear. Add the titrant to the titration flask slowly and swirl the flask frequently. When the titrant touches the acid solution, the solution briefly turns pink in colour. Upon swirling, the pink colour will go away. Slow down the addition of the titrant when the trail of pink colour is taking longer to go away. Reduce the volume of the additions as the titration progresses. When you are near the endpoint, the titrant should be added a drop at a time.

6. When it is judged that only a few more drops are needed, rinse down the walls of the Erlenmeyer flask. Quickly spin the closed stopcock 180 degree. This allows a small
shot of titrant to shoot out.

7. When the volume of titrant to be added is judged to be less than one drop, open the stopcock so that only part of a drop appears. Close the stopcock and touch the drop on the side of the Erlenmeyer. Use the wash bottle to rinse the partial drop into the Erlenmeyer flask with swirling.

8. The endpoint is reached when the colour change does not disappear after 30 seconds. The phenolphthalein colour change is from clear to pale pink (figure 4).
The color change

9. Read the final burette volume. The difference between the initial and final readings on the burette is the volume of base used in the titration.

10. Repeat a titration at least twice. The burette volumes should be within +/- 0.10 mL or less.


Saturday 24 October 2015

Sampling VOC dalam udara

0 comments


Prinsip
Zat-zat organik yang mudah menguap (VOC) di udara diikat dengan pelarut organik yang spesifik diantaranya n-Heksana, dngan bantuan pompa penghisap uap organik tersebut dialirkan dengan kecepatan tertentu dan volume terukur.

Reaksi
Uap Organik + n-Heksana --> larutan n-Heksana : uap organik

Peralatan
1. Tabung Impinger
2. Pompa penghisap Udara (Air Sampler)
3. Flow meter
4. Stop watch
5. Tabung pengaman
6. Volumetric pipet
7. Gelas ukur
8. Selang karet elastis

Bahan-bahan
1. n-Heksana
2. Zat organik sebagai stimulan contoh yaitu benzena dan toluena
3. Silika gel

Cara Kerja
1. Persiapkan peralatan "air sampler" dan hubungkan dengan flow meter
2. Kemudian kalibrasi kecepatan alir dengan mengukur dan mencatat volume alir hisap terhadap waktu dan konsentrasi uap organik;
a) Isi tabung impinger
b) Hubungkan dengan tabung pengaman, alat penghisap udara (air sampler) dan flow meter jaga jangan sampai ada yang bocor
c) Hidupkan alat penghisap udara pada posisi Hi dan skala 1 (atau pilih kecepatan alir yang cocok dengan pompa hisap yang digunakan, bisa saja pada posisi Low dan skala tertentu. Hal ini tergantung dari kecepatan aliran udara yang optimum)
d) Siapkan flow meter yang diisi dengan air sabun, tekan karetnya agar keluar gelembung dan ukur saat gelembung menunjukkan garis nol bersamaan dengan menekan tombol "stop watch".
e) Perhatikan gelembung tersebut sampai sampai menunjukkan volume 25 mL atau 50 mL, saat itu pula kita tekan STP dari "sto[p watch".
f) Catat lama alir gelembung tadi, lakukan beberapa kali atau minimal 3 kali dan buatlah rata-ratanya. Misal: x detik, maka kita dapatkan 25 mL/x detik dan kita ubah satuannya menjadi menit agar memudahkan perhitungan.
3. setelah kalibrasi selesai, matikan alat "air sampler".
4. Buatlah contoh uap kontaminan misal dari Benzena dan Toluena dengan perbandingan 1:1, masukkan dalam tabung.
5. Siapkan selang yang menghubungkan udara bebas (tabung yang berisi Benzena dan Toluena) untuk siap mengambil sampel uap organik (VOC) dan isi tabung penangkap dalam impinger dengan n_Heksana 10 mL.
6. Hidupkan alat "air sampler" dan tekan "stop watch", biarkan selama 10 menit (Catatan: lama pengambilan contoh tersebut tergantung dari konsentrasi uap organik (VOC) yang bebas dalam udara)

Perhitungan
Kecepatan Alir gas :

60/x x 25 mL = 1500/x mL/detik

dimana;
x = waktu alir dalam detik
25 mL = volume aliran uap/gas


Friday 23 October 2015

Use a Bottle-Top Dispenser

0 comments

A bottle-top dispenser is a hand operated pump that screw on to a reagent bottle. These dispensers are surrounded by a clear plastic sleeve, which protects the glass cylinder from breaking, and eliminates the risk of hazardous spills. The volume is accurate to about 1-2%. The volume to be dispensed is set by adjusting the volume knob on the plunger.
Dispenser


Steps to Use a Bottle-Top Dispenser;

1. Prior to use, check the dispenser to see whether the dispenser volume is set correctly.

2. Make sure that the reagent bottle has enough solution before mounting the bottle-top dispenser on the reagent bottle.

3. Place a graduated cylinder at the outlet.

4. Pull the top of the dispenser up to as far as it will go. Let go of the dispenser and let the plunger fall by gravity. The liquid should be collected in a graduated cylinder.

5. While the liquid is dispensing into the graduated cylinder, observe that there is no air bubble in the liquid. If air bubbles are present, it could be that the container is near empty or the dispenser is malfunctioning. Consult your instructor to refill the solution and check the mounting of the dispenser.

6. Read the graduated cylinder and make sure that the volume collected is within 2% of the preset volume.

7. Place a clean, empty container at the outlet.

8. Repeat steps 3 and 4 to dispense the solution into the container.

Tuesday 6 October 2015

Penyimpanan Bahan Kimia

0 comments


Mengapa kita perlu menjaga bahan kimia yang tidak kompatibel dipisahkan ?
Ini adalah Karena beberapa bahan kimia berbahaya akan bereaksi satu dengan lainnya untuk menghasilkan gas yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan atau bahkan menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Untuk itu, terdapat beberapa bahan kimia yang tidak boleh disimpan berdekatan satu sama lainnya.



Bagaimana saya tahu mana bahan kimia yang tidak kompatibel?
Pencarian informasi tersedia dari Lembar Data Keselamatan (MSDS) yang disediakan oleh produsen atau pemasok. Itulah salah satu alasan mengapa vendor diwajibkan oleh hukum untuk Memberikan MSDS.

(silahkan baca : MSDS )

Section     Deskripsi
    7         Penyimpanan dan Penanganan Bahan
    9         Sifat-sifat Fisika dan Kimia
   10        Reaktifitas dan Stabilitas
   13        Pembuangan Limbah


Berikut panduan umum menyimpan bahan kimia;
1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan kembalikan
    bahan kimia ke tempat itu setelah digunakan.
2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki bibir pembatas di bagian
    depan agar wadah tidak jatuh.
4. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang digunakan.
5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7. Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area peralatan
    keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.
8. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat.
9. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahan kimia yang sedang
    digunakan.
10. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar yang
      disetujui.
11. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari langsung.
12. Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara terpisah yang
      disortir berdasarkan abjad.
13. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.
14. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya di atas
      kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan.

Wadah dan Peralatan
Ikuti panduan khusus di bawah ini tentang wadah dan peralatan yang digunakan untuk menyimpan bahan kimia.
1. Gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti wadah pengaman
2. Gunakan baki penyimpanan yang tahan korosi sebagai perangkat pengaman sekunder untuk
    tumpahan, kebocoran, tetesan, atau cucuran.
3. Sediakan lemari berventilasi di bawah tudung asap kimia untuk menyimpan bahan berbahaya.
4. Segel wadah untuk meminimalkan terlepasnya uap yang korosif, mudah terbakar, atau
    beracun.

Penyimpanan Cairan yang Mudah Terbakar dan Gampang Menyala
Cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala di laboratorium hanya boleh tersedia dalam jumlah terbatas. Jumlah yang diperbolehkan tergantung pada sejumlah faktor, termasuk
- konstruksi laboratorium;
- jumlah zona api dalam gedung;
- tingkat lantai tempat laboratorium berlokasi;
- sistem pelindungan api yang dibangun dalam laboratorium;
- adanya lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar atau kaleng keselamatan; dan
- jenis laboratorium (yaitu, pendidikan atau penelitian dan pengembangan).

Ikuti panduan ini untuk menyimpan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala:
1. Jika tempatnya memungkinkan, simpan cairan yang gampang menyala dalam lemari
    penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
2. Simpan cairan gampang menyala di dalam wadah aslinya (atau wadah lain yang disetujui) atau
    dalam kaleng keselamatan.
3. Simpan 55 galon (~208-L) drum cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dalam
    ruang penyimpanan khusus untuk cairan yang mudah terbakar.
4. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari bahan oksidasi kuat, seperti
    asam nitrat atau kromat, permanganat, klorat, perklorat, dan peroksida.
5. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari sumber penyulutan.

Penyimpanan Silinder Gas
Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, dan lokal untuk menentukan jumlah gas maksimal yang dapat disimpan di dalam laboratorium. Dengan gas beracun dan reaktif, atau gas penyebab mati lemas dalam jumlah besar, lemari gas khusus mungkin diperlukan. Lemari gas dirancang untuk pendeteksian kebocoran, penggantian yang aman, ventilasi, dan jalan keluar darurat.

Untuk gas laboratorium yang biasanya digunakan, pertimbangkan pemasangan sistem gas internal. Sistem tersebut menghapuskan perlunya pengiriman dan penanganan silinder gas mampat dalam laboratorium. Bab 10, Bagian 3, memberikan informasi tambahan tentang pengelolaan gas mampat dalam laboratorium.

Penyimpanan Zat yang Sangat Reaktif
Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, atau lokal untuk menentukan jumlah maksimal bahan kimia yang sangat reaktif yang dapat disimpan di dalam laboratorium. Ikuti panduan umum di bawah ini saat menyimpan zat yang sangat reaktif.
1. Pertimbangkan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang sangat reaktif sebelum
    membawanya ke dalam laboratorium.
2. Baca MSDS atau literatur lainnya dalam mengambil keputusan tentang penyimpanan bahan
    kimia yang sangat reaktif.
3. Bawa bahan sejumlah yang diperlukan ke dalam laboratorium untuk tujuan jangka pendek
    (hingga persediaan 6 bulan, tergantung pada bahannya).
4. Pastikan memberi label, tanggal, dan mencatat dalam inventaris semua bahan yang sangat
    reaktif segera setelah bahan diterima.
5. Jangan membuka wadah bahan yang sangat reaktif yang telah melebihi tanggal
    kedaluwarsanya. Hubungi koordinator limbah berbahaya di lembaga Anda untuk mendapatkan
    instruksi khusus.
6. Jangan membuka peroksida organik cair atau pembentuk peroksida jika ada kristal atau
    endapan. Hubungi HSE Anda untuk mendapatkan instruksi khusus.
7. Untuk masing-masing bahan kimia yang sangat reaktif, tentukan tanggal pengkajian untuk
    mengevaluasi kembali kebutuhan dan kondisi dan untuk membuang (atau mendaur ulang)
    bahan yang terurai dari waktu ke waktu.
8. Pisahkan bahan berikut:
    – agen pengoksidasi dengan agen pereduksi dan bahan mudah terbakar;
    – bahan reduksi kuat dengan substrat yang mudah direduksi;
    – senyawa piroforik dengan bahan yang mudah terbakar; dan
    – asam perklorik dengan bahan reduksi.
9. Simpan cairan yang sangat reaktif di baki yang cukup besar untuk menampung isi botol.
10. Simpan botol asam perklorik dalam baki kaca atau keramik.
11. Jauhkan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida dari panas dan cahaya.
12. Simpan bahan yang bereaksi aktif dengan air sejauh mungkin dari kemungkinan kontak
     dengan air.
13. Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es. Gunakan lemari es dengan
     fitur keselamatan ini:
     – semua kontrol yang menghasilkan percikan di bagian luar;
     – pintu terkunci magnetik;
     – alarm yang memperingatkan jika suhu terlalu tinggi; dan
     – suplai daya cadangan.
14. Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan daya larut
     atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fase.
15. Lakukan inspeksi dan uji bahan kimia pembentuk peroksida secara periodik dan beri bahan
     label akuisisi dan tanggal kedaluwarsa. Buang bahan kimia yang kedaluwarsa.
16. Simpan bahan yang sangat sensitif atau simpan lebih banyak bahan eksplosif dalam kotak
     anti ledakan.
17. Batasi akses ke fasilitas penyimpanan.

Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun
Lakukan tindakan pencegahan berikut saat menyimpan karsinogen, toksin reproduktif, dan bahan kimia dengan tingkat toksisitas akut tinggi.
1. Simpan bahan kimia yang diketahui sangat beracun dalam penyimpanan berventilasi dalam
    perangkat pengaman sekunder yang resisten secara kimia dan anti pecah.
2. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.
3. Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai.
4. Batasi akses ke area penyimpanan.
5. Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia yang sangat beracun.

Pemindahan, Pengangkutan, dan Pengiriman Bahan Kimia
Saat memindahkan bahan kimia di lokasi kerja, gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti kaleng karet, untuk membawa bahan kimia yang disimpan dalam botol. Lembaga dengan kampus yang besar mungkin ingin memakai pembawa atau kendaraan khusus untuk mengangkut bahan yang diatur peraturan tertentu.

Peraturan internasional berlaku untuk pemindahan bahan kimia, sampel, dan bahan penelitian lainnya di jalan publik, dengan pesawat terbang, atau melalui pos atau pengangkutan lainnya. Hukum nasional dan internasional mengatur dengan ketat pengiriman domestik dan internasional sampel, contoh, obat, dan elemen genetik, serta peralatan penelitian, teknologi, dan bahan, meski bahan tersebut tidak berbahaya, tidak berharga, atau umum sekali pun.

Untuk sebagian besar bahan kimia, bahan biologis, dan radioaktif, pengiriman domestik atau internasional diatur oleh International Air Transport Association (IATA/Asosiasi Transportasi Udara Internasional; lihat www.iata.org). Individu yang mempunyai sertifikat IATA harus melakukan inspeksi pengemasan, pengkajian administrasi, dan menandatangani dokumen pengiriman.

Beri label selengkap mungkin segala sampel bahan eksperimen yang akan dikirimkan. Jika tersedia, sertakan informasi berikut dengan bahan eksperimen yang dikirimkan:
a) Pemilik awal: nama pemilik atau individu yang menerima bahan pertama kali. Jika
    mengirimkan bahan ke fasilitas lainnya, tambahkan informasi kontak untuk orang yang dapat
    memberikan informasi penanganan yang aman.
b) Tanda pengenal: rujukan catatan laboratorium.
c) Komponen berbahaya: komponen berbahaya utama yang diketahui.
d) Potensi bahaya: bahaya yang mungkin timbul.
e) Tanggal: tanggal bahan diletakkan di wadah dan diberi label.
f) Dikirim ke: nama, lokasi, dan nomor telepon orang yang menjadi tujuan pengiriman bahan.
g) MSDS: sertakan ini dengan sampel bahan berbahaya yang dikirimkan ke lembaga lainnya.

Angkut bahan berbahaya menggunakan kendaraan yang dirancang khusus yang mematuhi peraturan internasional. Jangan menggunakan kendaraan pribadi, perusahaan, atau lembaga (termasuk pesawat terbang), untuk mengirimkan bahan kimia berbahaya.

 

Sampling & Analisis Copyright © 2013
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger